Thursday 26 December 2013

SURAT BERDARAH UNTUK PAK PRESIDEN (kisah bmi hk)

  
Surat ini ditulis oleh Rosminah asal TKW dari Kediri. Bekerja di Hong Kong mengurus 5 ekor Anjing majikan. Anak Rosminah yang masih balita, terpaksa ditinggal di kampung dan diurus oleh neneknya yang sudah tua. Surat ini ditujukan pada bapak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai keresahan dan kekacauan hati bekerja di Negeri orang yang hanya menjaga 5 ekor Anjing majikan. Minah hanya tamatan SD.
ia tak mampu melanjutkan SMP apalagi membayangkan Universitas yang mahal, mengingat ia adalah anak seorang buruh tani. Rosminah menikah dengan seorang suami yang bekerja menjadi Petani penggarap tembakau. Namun karena lahan yang sempit dan gagal panen, membuat kehidupan mereka bertambah menderita dan miskin. Mereka berhutang dimana-mana. Dan pada suatu ketika, suaminya meninggalkan ia dengan buah hatinya yang masih balita.

     Dalam penggalan suratnya ia menulis “Bapak Presiden yang saya hormati. Dahulu saya bercita-cita menjadi Presiden, tapi ndak bisa mungkin karena nasib saya jelek, malah jadi pembantu. Saya pernah diceritakan bapak saya, kalau Pak Presiden itu serba tahu dan serba bisa menyelesaikan permasalahan rakyatnya. Pokoknya, pak Presiden itu orang paling pinter dan paling baik Se-Indonesia. Maka dengan itu Rosminah menceritakan permasalahan yang sedang saya alami. Saya ingin Pak Presiden membantu saya”

  Rosminah menulis Surat Kepada Presiden di tengah-tengah kesibukan menjaga 5 ekor anjing. Terkadag ia mengeluarkan coretannya dengan hati was-was, karena apabila dia tidak berhati-hati, anjingnya bisa lari. Bila majikannya mengetahui, bisa-bisa ia tak diberi makan selama 3 hari. Ia pernah dihukum 3 hari tidak diberi makan karena dianggap tidak mengurus 5 anjing majikannya dengan baik. 1 hari pertama ia masih bisa menahan rasa lapar. Hari ke-2 ia sudah mulai lapar, bahkan ia memakan nasi anjing dengan campuran air mata. Di hari ke-3 ia memakan sedikit nasi anjing karena ia takut kalau majikannya tahu jatah nasi anjing kepunyaannya berkurang. Dan terkadang iya berpikir, apakah Ia lebih hina dari 5 Ekor Anjing !  Setiap hari ia mengajak anjing majikannya jalan-jalan ke taman. Dengan makannan secukupnya, membuat anjing-anjing tersebut  sejenak tenang. Di sela-sela itulah dia melanjutkan surat buat bapak Presiden SBY. Mungkin dia juga binggung ketika suratnya selesai. Ia tak tahu kemana alamat untuk dikirim. Jika ia pun tahu mungkin biaya pengirimannya mahal dan lebih baik ditabung untuk dikirim ke anak dan orang tuanya di kampung. Tapi hatinya tetap bersikeras melanjutkan Suratnya buat Presiden.

  Rosminah di dalam tulisan Surat Berdarah untuk Presiden, ingin menyampaikan segala permasalahan yang membuatnya terhina bahkan mengalami kekerasan fisik. Penderitaan itu ditambah dengan perampasan hak-hak normatif atas upah, libur, kebebasan berorganisasi yang sesungguhnya harus dijamin oleh pemerintahan RI dan negara tempat ia bekerja. Ia juga menyampaikan kekecewaan atas pendidikan yang mahal di Indonesia, yang membuat dia dulu harus putus sekolah dan sekarang hanya menjadi pembatu rumah tangga bahkan penjaga anjing di negeri orang. Selain itu, Tanah yang sempit dan pekerjaan yang terbatas, akan membuat derita panjang bagi kami Buruh Migran Indonesia Pak Presiden, Ujarnya di akhir Surat Berdarah untuk Presiden.

   sewaktu dia masih  bekerja di hongkong  Minah pernah mengeluh, dia tak pernah diberi makan dan istirahat layak.Hingga suatu malam, insiden tragis terjadi. Minah yang lupa mengunci pintu kandang diserang
anjing buas peliharaan majikannya hingga tewas.
"Wanita itu tidak berdaya, selain tidak pernah makan kenyang, tangannya yang selalu bau
makanan anjing membuat anjing menerkamnya,"urai Prapti yang juga pernah menjadi TKW di
Hong Kong. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, nyawa Minah tak tertolong. Dia tewas
dengan tubuh tercabik.
  Soal tewasnya Rosminah itu, versi berbeda diberitakan media Hong Kong, Apple Daily .
Disebutkan di situ, Rosminah meninggal karena bunuh diri dengan mengiris urat nadi di
pergelangan tangannya di Kawasan Tai Po,Hongkong. Di tangan korban ditemukan surat
yang kemudian dijadikan barang bukti oleh polisi setempat

cerita ini saya ambil dari sebuah buku mungkin udah 4tahun yang lalu.dan pengarangnya oleh:

Nadia Cahyani Dkk

No comments:

Post a Comment